Dihantui – Keesokan harinya, warga kembali dikejutkan oleh berita tentang kematian Embah Sapto. Embah Sapto dikenal sebagai sesepuh atau orang yang dituakan didesa tersebut. Embah Sapto meregang nyawa diatas ranjang lusuhnya. Malam itu jenazah Embah Sapto berhasil dimakamkan. Dalam tiga hari, sudah dua orang yang meninggal dunia. Lagi-lagi, warga hanya menganggap itu semua adalah takdir Tuhan. Namun setelah itu ada satu orang wanita yang kembali meninggal dunia dan dengan ciri-ciri yang sama dengan kematian sebelumnya.
Tak berhenti sampai disitu, selama beberapa hari warga mendapatkan teror dari seorang wanita dengan tangisan yang mengelilingi Desa disaat matahari mulai meredupkan sinarnya. Dimulai dari sinilah warga mulai resah diwaktu malam.
Empat orang warga sedang berkumpul untuk melakukan Siskamling seperti biasanya. Kabar tentang meninggalnya beberapa orang warga secara mendadak, membuat ketakutan tersendiri. Disaat mereka sedang berkeliling kampung dan melewati mata air yang dulu sering dijadikan Ritual Kenduri. Salah satu warga melihat sosok penampakan makhluk hitam besar tengah mengangkangi mereka berempat. Sontak penampakan tersebut membuat histeris warga yang berjaga malam itu dan mereka berlari tunggang-langgang.
Ditempat yang berbeda
Dihari yang sama dan sudah masuk tengah malam, tidak ada satu orang ‘pun yang berani keluar rumah. Dan tangisan wanita tersebut selalu datang meneror Warga. Pada keesokan harinya warga Desa kembali dikejutkan oleh berita kematian seorang wanita salah satu penduduk desa tersebut secara mendadak.
Ketakutan menyelimuti seisi desa tersebut dan saat malam hari tiba. Warga Desa kembali mendengar wanita yang sedang menangis mengelilingi Desa dan dihari berikutnya dipastikan akan ada salah satu warga yang meninggal dunia. Kejadian ini berlangsung cukup lama dan kejadian ini terjadi setelah ditiadakannya Ritual Kenduri tersebut. Total korban yang meninggal dunia menjadi tujuh orang dan semuanya memiliki ciri-ciri yang sama persis dari korban-korban sebelumnya.
Kemudian para warga serta sesepuh didesa tersebut mendatangi tetua Adat atau seorang Paranormal untuk menanyakan perihal kejadian yang menimpa Desa mereka.
“Sebenarnya apa yang sedang terjadi, Embah?” tanya salah satu warga.
“Apa yang kalian lakukan itu telah membuat penghuni Mata Air Keramat itu marah dan ia meminta tumbal atas kesalahan kalian,” ucap Paranormal tersebut.
“Lalu, apa yang harus kami lakukan?”
“Kalian harus tetap mengadakan Ritual Kenduri tersebut dengan Adat istiadat yang telah diberikan kepada kalian secara turun-temurun. Paham!” tegas paranormal tersebut dengan nada tinggi.
Setelah itu, warga sepakat untuk melakukan kembali Ritual Kenduri dan setelahnya desa kami tak lagi mendapatkan teror tangisan wanita dan tak ada lagi korban yang meninggal tidak wajar sampai hari ini.