Dihantui – Dua minggu sudah anakku semata wayang yang berusia lima tahun bersikap tak biasa, ia sering berbicara sendiri dan melakukan hal-hal aneh. Awalnya aku menganggap biasa tak perlu ada yang di khawatirkan, kupikir itu bagian dari imajinasinya, namun semakin lama tingkahnya semakin tak wajar.
Pernah suatu ketika di jam tiga pagi dia keluar rumah tanpa sepengetahuanku. Saat aku terjaga ia sudah tidak ada di tempatnya. Panik, tentu saja. Aku dan suamiku mencari di setiap sudut rumah. Pintu utama terbuka lebar membuatku curiga dia pergi keluar. Bergegas kami mencari di halaman dan memeriksa sekitar.
Mata ini terbelalak seakan enggan percaya dengan apa yang ku lihat, alangkah terkejutnya aku saat mendapatinya sedang menggali tanah di belakang rumah menggunakan skop mainan.
“Dek ngapain? ” tanyaku sembari terhuyung menghampirinya. Tubuh mungilnya di penuhi lumpur dari tanah yang basah di guyur hujan semalam. Tanpa sepatah katapun Mas Ari langsung meraih dan menggendongnya. Kami segera membawanya masuk kerumah.
“Ngapain main di sana sendirian? Inikan masih gelap apa kamu gak takut di gondol momok?” tanya Mas Ari sembari mengusap pipi Mila yang kotor oleh lumpur.
“Aku mau mengambil adikku, dia ditanam di sana,” jawabnya lirih. Ucapannya membuatku takut, akan tetapi Mas Ari memenepis rasaku, dengan tenang ia berkata, mungkin yang di maksud adik adalah mainannya dan menyuruhku membersihkan Mila.
Semenjak hari itu aku sering melihat putriku semata wayang bertingkah aneh hingga membuatku takut untuk meninggalkannya sendirian meski hanya untuk beberapa menit. Dari caranya berbicara kadang aku merasa dia seolah bukan putriku, sorot matanya tajam seolah penuh dengan amarah.
Entah ini hanya perasaanku atau memang telah terjadi sesuatu dengan nya. Kata orang, anak kecil itu masih suci dia bisa melihat makhluk tak kasat mata, mungkinkah Mila telah di ganggu oleh makhluk astral? Arg aku benci dengan pikiranku.
Pikiran-pikiran buruk ini membuatku paranoid dan membebani. Belum lagi rumah yang kami tempati terkesan agak horor, kanan, kiri dan belakang area perkebunan.
[ BERSAMBUNG ]