Dihantui – Cintailah pekerjaan Anda. Begitu pesan orang bijak. Dan itu yang kini menjadi pedoman Samijan. Pria yang akrab disapa Wak Mijan dan bekerja di kamar mayat RSU dr. Pirngadi, Medan begitu enjoy ‘bergelut’ dengan manusia-manusia yang tak bernyawa.
Selama 24 tahun menjadi penjaga kamar mayat bukan waktu yang singkat. Segudang pengalaman mistis dialaminya. Awalnya, saat pertama kali bekerja di rumah sakit milik Pemko Medan itu, ia tak tahan mencium aroma mayat yang menyengat hidung, terlebih mayat yang ditemukan membusuk. Pengalaman gaib yang pernah dialaminya merupakan bagian dari pekerjaannya, dan itu dijadikannya bumbu kehidupan.
Pernah suatu kali mendengar suara orang menangis. Asalnya dari kamar mayat. Lalu ia bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamarnya yang terletak persis di samping kamar mayat itu. Setibanya di kamar mayat, Wak Mijan tak melihat ada orang. Suara tangis itu berulang keesokan harinya. Tapi saat hendak masuk ke dalam kamar mayat itu, pintu kamar tersebut tak bisa dibuka, seperti ada yang menahannya dari dalam.
Kisah mistis lainnya, suatu malam pintu kamarnya diketuk orang dari luar. Tapi begitu dibuka, tak seorang pun yang terlihat. Bersamaan dengan itu, Wak Mijan mencium aroma bunga kantil.
Kemudian, pernah suatu sore, persisnya menjelang maghrib, saat itu hujan gerimis. Seperti hari biasanya, Wak Mijan menikmati secangkir teh dan duduk santai di luar kamarnya. Sedang asyik ia melamun, tiba-tiba sesosok bayangan melintas. Sosok tersebut menyerupai pegawai kamar jenazah. Karena menganggap sosok itu pegawai kamar mayat, Wak Mijan cuek. Tak berapa lama sosok itu kembali melintas. “Saya panggil gak ngeliat, saya kejar kok malah hilang,” kenangnya yang mengaku, tak jarang televisi dan tape di ruangannya menyala sendiri. Karena seringnya mengalami keanehan, Wak Mijan pun tak lagi menganggapnya serius.
Walau sering merasakan dan melihat penampakan makhluk halus, Wak Mijan tetap mencintai pekerjaannya. Padahal, menjadi penjaga dan membersihkan kamar mayat ia tidak digaji. Menjadi penjaga kamar mayat bukanlah pekerjaan mudah, dan bukan pula cita-cita Samijan. Pun begitu, pria tambun ini senantiasa setia bekerja di rumah sakit pemerintah itu, meski tidak digaji.
Ia mengaku tidak sengaja bisa menjadi penjaga kamar mayat. Ceritanya, Tahun 1977 lalu, istri pertamanya, Poniyem, meninggal dunia. Saat itulah pertama kali bapak 4 anak ini menginjakkan kaki di RSU dr. Pirngadi Medan (RSUPM). Awalnya ia ditawari bekerja di dapur umum RSUPM oleh Pak Sabari, pegawai rumah sakit itu. Ia pun menerima tawaran itu. Wak Mijan bertugas mengantar makanan untuk para pasien yang dirawat. Selama bekerja di dapur umum, kakek 7 cucu ini sering tidur bersama penjaga kamar mayat, Pak Amat dan Pak Min. Wak Mijan betah, akhirnya ia diminta untuk membantu menjaga kamar mayat. Sejak saat itulah ia menetap di sana. Ketiga anaknya dititipkan kepada adiknya di Binjai, Ponikem. Sebulan sekali ia pulang ke rumah, melihat ketiga anaknya. Wak Mijan begitu menikmati pekerjaannya. Meski sudah 4 kali menikah, ia tidak pernah meninggalkan kamar yang berada di belakang kamar mayat itu.